Total Tayangan Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

sejarah desa dagan

Sesungguhnya peninggalan jaman prasejarah tidak hanya terdapat didukuh Mujan saja. Namun persebarannya meluas ketempat – tempat lain, diantaranya ada yang terdapat  desa Dagan. Hal ini karena  peninggalan prasejarah pada kedua tempat tersebut letaknya ditepi sungai Klawing dan Sungai Longkrang. Dengan demikian menunjukkan bahwa daerah yang terletak pada dua aliran sungai tadi, pernah menjadi tempat tinggal manusia purba. Karena daerah - daerah yang letaknya ditepi aliran sungai banyak menyediakan bahan makanan berupa ikan.
Peninggalan prasejarah yang terdapat didesa Dagan, merupakan hasil kebudayaan batu besar Kemudian oleh penduduk setempat dikenal dengan sebutan “watu tumpang” dan “watu ngadeg”. Akan tetapi kedua bangunan ini sampai sekarang belum mendapat perlindungan hukum dan perhatian dari pemerintah.
Watu tumpangartinya batu tumpang, letaknya  ditepi sungai Longkrang,    sebelah selatan desa Dagan, tepatnya didukuh Glempang Rt 05, Rw 09. Adapun bentuk bangunan batu tumpang ini menyerupai dolmen berukuran kecil yang terbuat dari tiga buah lempengan batu, dua diantaranya ditanam dalam tanah untuk menyangga lempengan batu diatasnya. Masing – masing batu mempunyai dimensi dan ukuran yang berbeda – beda. Ada kemungkinan kedua batu penyangga tersebut, tingginya kira-kira lebih dari satu meter. Hal ini mengingat bahwa kedua batu penyangga tadi terkubur di dalam tanah. Akan tetapi jika dilihat dari permukaan tanah kedua batu penyangga mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Batu B mempunyai ukuran panjang 33Cm, lebar 34Cm dan tebal 23Cm, sedangkan  batu C mempunyai ukuran panjang 21Cm, lebar 26Cm, tebal 6Cm. Namum pada ada batu A yang terletak diatas permukaan tanah, mempunyai ukuran pajang64Cm, lebar 34Cm, tebal 5Cm, sehingga dapat dilihat dengan jelas. Batu yang digunakan untuk membuat bangunan ‘’watu tumpang ‘’ yaitu berupa batu kali. 
Adapun kegunaan batu tumpang tersebut yaitu untuk meletekkan sesaji yang akan dipersembahkan pada arwah nenek moyang atau kekuatan-kekuatan gaib lainnya. Tetapi pada bangunan tersebut belum diberi hiasan sama sekali, hal ini menunjukkan bahwa manusia purba belum mengenal seni.
Di tempat lain juga terdapat peninggalan jaman kebudayaan batu besar yang letaknya sekitar lima ratus meter dari batu tumpang, kearah utara, tepatnya ditepi sungai Klawing. Sehingga masih berhubungan dengan bangunan batu menhir didukuh Mujan dan bangunan punden berundak didukuh Watu Tumpang, desa Banjarsari. Bangunan batu besar yang terletak di Rt 03 Rw 03 desa Dagan, terbuat dari lempengan batu kali berukuran besar dan lebar oleh penduduk setempat disebut “ Watu Ngadeg “ artinya batu berdiri.
 
Watu Ngadeg” atau batu berdiri merupakan  satu bangunan tersendiri, tanpa bangunan – bangunan lain disekitarnya. Ada kemungkinan bangunan ini merupakan dolmen berukuran besar yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sesaji. Hal ini mengingat bahwa bangunan tersebut letaknya sejajar dengan punden berundak di dukuh Watu Tumpang, desa Banjarsari.
Sedangkan dimensi bangunan watu ngadeg ini berbentuk lonjong dan pipih. Di lihat dari permukaan tanah bangunan ini mempunyai ukuran sebagai berikut; tinggi 225Cm, lebar 150Cm, tebal 56Cm. Akan tetapi pada permukaan bangunan batu ini sama sekali belum diberi hiasan berupa ukiran.
 Karena pada sisi sebelah kanan dibangun saluran irigasi oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, pada tahun 1883 M, maka bangunan tersebut kemudian diletakkan pada tepi saluran irigasi dan ditanam dalam tanah dengan posisi berdiri. Sehingga sampai sekarang bangunan batu berdiri masih tetap dijaga kelestarianya oleh penduduk setempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar