Gunung
Anak Krakatau (Krakatoa) yang berada berada di Selat Sunda
antara pulau Jawa dan Sumatera, kini sedang meletus. Tercatat
hingga 6 November 2010 ini, telah terjadi peningkatan gempa vulkanik
mencapai 101 kali. Letusan Gunung Anak Krakatau ini terjadi seiring
dengan meletusnya Gunung Merapi. Layaknya sebuah reaksi sesama ‘kolega’ –
sebagaimana 21 gunung berapi lainnya di Indonesia yang kini berstatus
waspada (Lihat : 22 Volcano in Indonesian). Gunung Krakatau seakan
memberikan respon terhadap Merapi yang kini sedang ‘melahirkan.’
Bedanya dengan
Letusan yang terjadi di Gunung Merapi, letusan yang kini terjadi pada
Gunung Anak Krakatau menurut keterangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi hanya letusan biasa. Sebuah aktivitas wajar karena
memang gunung berapi sudah semestinya melakukan letusan agar tidak
terjadi penumpukan didalam. Akibat positifnya, letusan yang dicicil
menjadi tidak berbahaya. Disisi lain, akibat dari letusan demi letusan
ini, Gunung Anak Krakatau akan menjadi lebih besar dari segi ukuran.
Gunung Anak Krakatau ini merupakan gunung
yang tumbuh dari sisa letusan maha dahsyat Gunung Krakatau pada Agustus
1883. Setiap tahun si anak menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan
lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4
cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan
tinggi Anak Krakatau mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari
25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung ini disebabkan oleh
material yang keluar dari perut gunung. Saat ini ketinggian Anak
Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara
Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan
laut.
Karena letusan yang sekarang
merupakan letusan normal dan tidak berpotensi tsunami dan apalagi jauh
dari pemukiman penduduk (berbeda dengan Gunung
Merapi yang dekat dengan pemukiman), maka baik dari pemerintah
Banten dan Lampung mengajak agar masyartakat tidak panik, malah ada
ajakan pada masyarakat untuk menontonnnya dari jarak aman, menyaksikan
fenomena alam dari letusan Anak Krakatau ini. Pengelola wisata disana
berharap letusana kali ini bisa mejadi komoditas wisata yang mampu
mengundang wistawan baik lokal maupun internasional.
Sejarah Letusan Gunung Krakatau
Letusan terdahsyat dari Gunung Krakatau (Krakatoa)
terjadi pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Seperti yang saya baca
diberbagai sumber, salah satunya d Wikipedia.org, letusan pada 1883 itu
sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan
sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami
ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu
terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat
Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali
bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang
Dunia II.
Letusan Krakatau
menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua
setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari
bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit
Norwegia hingga New York. Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah
bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut.
Pasca meletus dan hancurnya Gunung
Krakatau pada 1883, baru sejak pada tahun 1927 atau kurang lebih 40
tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal
sebagai Anak Krakatau dari Kawasan Kaldera Purba tersebut yang masih
aktif dan tetap bertambah tingginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar