SOLO- Menyusul banjir besar yang melanda Jakarta,
pemerintah didesak untuk segera memindahkan Ibu Kota Negara ketempat
lebih aman. Salah satunya Kalimantan.
Andrinof Chaniago, Tim
Visi Indonesia 2033, mengungkapkan dengan kondisi banjir yang telah
masuk ke dalam Istana Presiden, tidak ada alasan bagi pemerintah tetap
mempertahankan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara.
"Selain Malaysia
yang telah memindahkan Ibukotanya ke Putra Negara, 19 negara lainnya
telah terlebih dahulu memindahkan Ibukotannya. Termasuk Amerika dan
Australia itupun telah memindahkan Ibu Kotannya," jelasnya kepada
Okezone, di Solo, Jawa Tengah, Kamis (17/1/2013).
Menurut
Andrinof, setidaknya enam alasan pendorong untuk merealisasikan konsep
relokasi ke Kalimantan itu, yaitu lebih efektif mewujudkan Indonesia
yang sejahtera berkeadilan, dengan perekonomian yang tumbuh secara
berkelanjutan.
Kedua, akan menumbuhkan epicentrum baru yang
mendekati kawasan tertinggal dan pinggiran. Selain itu, dibandingkan
daerah lain, Kalimantan satu-satunya pulau yang tidak pernah diguncang
gempa bumi.
Ketiga, memudahkan penataan kembali Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Pulau Jawa.
Keempat,
mencoba menghentikan paradoks pembangunan yang telah dicoba
diselesaikan dengan program parsial, seperti transmigrasi, pembangunan
daerah tertinggal, pembangunan kawasan timur Indonesia yang terbukti
gagal menciptakan pembangunan yang berkeadilan dan merata.
Kelima,
melindungi lahan pertanian di Jawa karena tingkat kesuburannya yang
paling tinggi di antara wilayah di Indonesia. Keenam, mencegah
terjadinya guncangan sosial seperti 1998.
Di sisi lain,
lanjutnya, ancaman yang sulit dielakan Jakarta untuk terus dipertahankan
sebagai ibukota pemerintahan, yaitu ancaman alam dan perubahan iklim,
urbanisasi hingga persoalan kesenjangan social yang makin tinggi.
Dalam hal ini, tuturnya, pemindahan ibukota ke daerah terdekat dari Jakarta tidak akan bisa menjadi solusi sama sekali.
Menurut
Andrinof, selama ini Jakarta telah gagal menjalan peran dan
tanggungjawab sebagai ibu kota pemerintahan. Indikasinya, ungkapnya,
gagal dalam melakukan penataan ruang, sumber daya alam dan lingkungan
hidup, hinggga kegagalan dalam pengendalian penduduk serta transportasi
kota.
“Kalau Ibukota bisa dipindah ke Kalimantan maka manfaatnya
bukan saja bagi revitalisasi Jakarta, tapi Pulau Jawa secara keseluruhan
sehingga kembali berfungsi sebagai pulau yang strategis dan penting,”
ujarnya.
Menyangkut anggaran pemindahan, ungkap Andrinof tidaklah
terlalu besar. Pemerintah,ungkap Andrinof cukup menyisahkan 1 persen
dari APBN selama 10 tahun.
"Satu persen APBN itu cukup besar
yaitu Rp 15 triliun. Rp 15 triliun dikumpulkan selama 10 tahun,cukup
untuk membangun Ibukota baru," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar