Total Tayangan Halaman
Sabtu, 12 Januari 2013
kenali TBC
Metode diagnosis penyakit tuberculosis yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan dahak sebanyak tiga kali atau biasa disebut dengan pemeriksaan SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu). Namun karena metode ini dianggap tidak efisien maka tim peneliti dari AS menciptakan metode diagnosis yang lebih simpel dan cepat dengan memanfaatkan nafas pasien.
Tes sederhana ini diklaim dapat mendiagnosis infeksi paru-paru misalnya TBC dalam waktu beberapa menit, bukan lagi berminggu-minggu seperti halnya dengan metode diagnosis biasa.
Dengan menggunakan tikus sebagai bahan percobaan, diketahui tes ini dapat mengidentifikasi jejak berbagai tipe dan strain bakteri yang ada di dalam paru-paru hanya dengan mengetes nafas tikus.
"Metode tradisional yang dimanfaatkan untuk mendiagnosis infeksi akibat bakteri pada paru-paru biasanya membutuhkan sejumlah sampel bakteri. Nantinya bakteri ini akan ditumbuhkan lalu diisolasi untuk kemudian diuji secara biokimia agar dapat diklasifikasikan serta dilihat seberapa besar resistensinya terhadap antibiotik," terang Dr Jane Hill, salah satu peneliti dari University of Vermont.
"Padahal perlu waktu hingga berhari-hari atau berminggu-minggu agar dapat mengetahui apakah sampel bakteri yang ditemukan itu merupakan agen kausatif dari TBC. Namun analisis nafas ini akan mengurangi keseluruhan waktu diagnosisnya menjadi beberapa menit saja," tambahnya seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (13/1/2013).
Secara khusus, peneliti menganalisis volatile organic compound (VOC) yang ada pada dua jenis bakteri yang dapat menginfeksi paru-paru yaitu Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Kemudian tikus yang terpapar salah satu dari bakteri ini diambil sampel nafasnya setelah kurun waktu 24 jam.
Hasilnya, terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara profil nafas tikus yang terinfeksi dengan tikus yang tidak terinfeksi kedua bakteri. Tapi dari situ peneliti dapat menunjukkan bahwa tes ini tak hanya bisa memberi informasi tentang spesies bakteri yang ada di paru-paru tapi juga mengidentifikasi dua strain bakteri yang berbeda.
"Bahkan saya menduga kita juga bisa membedakan antara infeksi akibat bakteri, virus maupun jamur pada paru-paru dengan tes ini. Tapi untuk mencapai target itu sekarang kami berkolaborasi dengan rekan-rekan peneliti untuk mengambil sampel pasien, terutama untuk menunjukkan kelebihan maupun kekurangan dari analisis nafas secara lebih komprehensif," pungkas Dr. Hill.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar